INSTRAN Bahas Nataru 2024/2025, Kawasan Puncak Destinasi Impian atau Sumber Frustrasi?

INSTRAN Bahas Nataru 2024/2025, Kawasan Puncak Destinasi Impian atau Sumber Frustrasi?

Pengamat perkotaan Yayat Supriatna--BogorAktual/Edwin Suwandana

BogorAktual.id – Menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), kawasan wisata Puncak, Bogor, diprediksi kembali menjadi titik kemacetan parah akibat tingginya volume kendaraan.

Dalam diskusi publik bertajuk "Destinasi Wisata Alternatif di Jabodetabekpunjur dalam Menjawab Tantangan Kepadatan Lalu Lintas Masa Libur Nataru" yang digelar Institut Studi Transportasi (INSTRAN) di Bogor pada 13 Desember 2024, sejumlah solusi dibahas untuk mengatasi persoalan ini.

Menurut pengamat perkotaan Yayat Supriatna, ia menekankan pentingnya diversifikasi destinasi wisata guna mengurangi kepadatan di Puncak. 

"Kita tidak bisa membatasi orang untuk ke Puncak, tetapi masyarakat diharapkan mulai mempertimbangkan alternatif lain," ujarnya. 

Ia mengingatkan kembali peristiwa September 2024, ketika kemacetan ekstrem terjadi dengan antrean kendaraan mencapai belasan kilometer selama hampir 24 jam.

Yayat menjelaskan bahwa kemacetan berkepanjangan tidak hanya berdampak pada waktu tempuh dan biaya, tetapi juga menciptakan polusi udara yang merugikan.

"Kenyamanan dan keamanan perjalanan harus menjadi prioritas. Kita harus mencari destinasi lain yang lebih baik, tanpa berarti menutup akses ke Puncak," tegasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya peran polisi lalu lintas dalam mengatur arus kendaraan. Sistem buka-tutup jalur yang diterapkan oleh Polre Bogor, menurut Yayat, menjadi panduan utama bagi masyarakat yang ingin ke Puncak.

Namun, ia mempertanyakan apakah aturan ini cukup efektif menangani mobilitas warga lokal dan pengunjung dari luar daerah. 

"Pasar Cisarua, misalnya, menjadi salah satu pusat kemacetan internal yang sulit dikendalikan karena merupakan pusat kebutuhan logistik warga setempat," tambahnya.

Sementara Ketua INSTRAN, Ki Darmaningtyas, menegaskan perlunya promosi destinasi wisata alternatif di sekitar Jabodetabek seperti Sentul, Gunung Pancar, atau taman-taman rekreasi di wilayah Bogor dan Depok. Hal ini bertujuan untuk mengurangi beban lalu lintas yang selalu terpusat di Puncak.

“Pemda dan stakeholder pariwisata harus mendorong pengembangan lokasi wisata lain agar masyarakat memiliki banyak pilihan. Selain mengurangi kemacetan, ini juga akan memacu pertumbuhan ekonomi lokal di destinasi baru," jelasnya.

Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi konkret bagi pemerintah daerah dan aparat terkait, agar kemacetan yang sering terjadi saat musim liburan besar dapat diminimalisir.

Bagi masyarakat yang tetap ingin ke Puncak, Yayat mengimbau untuk mengikuti arahan kepolisian dan mempertimbangkan waktu kunjungan dengan matang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News